Kombucha, Menguntungkan dan Menyehatkan
24 April 2009
Dalam beberapa pekan terakhir, saya menerima banyak artikel, juga email, dari sejumlah anggota forum Agromedia. Mereka asyik membicarakan khasiat teh kombucha, malah memberi testimoni masing-masing. Ya, jamur teh ini diyakini mampu menyembuhkan aneka penyakit modern.
SEBENARNYA, apa sih yang dimaksud dengan teh kombucha? Apakah ia termasuk salah satu varietas terbaru teh yang ada di Indonesia? Tidak. Meski ada ’’embel-embel’’ teh, kombucha masih termasuk dalam kelompok jamur. Kalau kemudian diimbuhi istilah teh, lantaran cara penyajian dan bentuk akhir yang dikonsumsi menyerupai teh. Bisa juga karena media tumbuhnya dalam larutan teh manis.
Kombucha pertama kali ditemukan di Asia Timur, sejak berabad-abad lalu. Masyarakat di China, Jepang, Korea, dan Hongkong kerap menggunakannya untuk mengobati berbagai penyakit.
Di mancanegara, teh kombucha sudah popular sejak era 1990-an. Majalah Focus (terbitan Jerman) edisi No 34/21 Agustus 1995 pernah melaporkan, beberapa selebritis dunia seperti Daryl Hannah, Linda Evans, Madonna, dan sutradara Oliver Stone amat menggemari teh kombucha. Begitu pula dengan Ronald Reagan saat menjadi presiden AS. Popularitas kombucha di Indonesia baru terjadi sekitar tujuh tahun lalu. Ketika itu, pembudidaya dan konsumen menyebutnya sebagai jamur super. Meski sempat ’’dilupakan’’ orang, kini jamur teh itu mulai dibicarakan lagi, dengan nama popular teh kombucha.
Jamur ini terdiri dari gelatinoid dan membran jamur yang liat. Bentuknya unik, mirip piring yang datar. Ia hidup secara germinasi dalam lingkungan nustrisi teh manis, dan bisa tumbuh secara berulang-ulang sehingga membentuk susunan piringan berlapis.
Piringan pertama akan tumbuh di lapisan teratas, hingga memenuhi lapisan. Kalau perawatannya benar, maka segera diikuti dengan pertumbuhan piringan di bawahnya secara berlapis-lapis dan menebal. Ini menandakan jamur kombucha tumbuh sehat dan pesat. Bahkan ia mampu hidup sepanjang usia pemilik maupun keturunannya! Itu sebabnya, kombucha kerap disebut sebagai Tea of Immortality (Teh Keabadian).
Minuman Kuno Ya, teh kombucha termasuk salah satu produk minuman kuno (tradisional), yang berasal dari hasil simbiosis murni antara bakteri dan ragi kombucha. Larutan teh manis sebagai media difermentasi menggunakan starter mikroba (khususnya bakteri dan ragi) yang tidak berbahaya. Misalnya Saccharomyces cerevisiae, Candida validda, Candida lambia, dan Pichia fermentans.
Lama fermentasi sekitar 8-12 hari. Selain fermentasi, terjadi pula proses oksidasi. Selama kedua proses itu berlangsung, berbagai reaksi bermunculan pada larutan teh manis, baik secara asimilatif maupun disimilatif.
Kombucha akan memakan gula (terlarut dalam teh). Sebagai gantinya, kombucha memproduksi zat-zat bermanfaat dalam minuman tersebut, seperti asam glukuronat, asam laktat, vitamin, asam amino, antibiotik, dan sebagainya. Proses timbal-balik itu pula yang membuat kombucha dijululi sebagai ’’pabrik biokimia mini’’.
Dalam berbagai literatur, termasuk literatur medikal, kombucha memiliki fungsi dalam mengatasi dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit, tidak terkecuali penyakit-penyakit yang muncul di era modern (lihat Era Dinasti Tsing).
Sejumlah penelitian menyebutkan, kombucha mengandung aneka zat dan bahan metabolit yang sangat berguna bagi tubuh. Bahkan bisa mencegah dan menyembuhkan berbagai keluhan serta penyakit yang sering diderita manusia, termasuk kanker.
Aplikasi pada Unggas Bukan hanya manusia yang memeroleh manfaat dari kombucha. Ayam serta itik yang terserang salmonellosis pun bisa sembuh jika mengkonsumsi the fermentasi kombucha.
Hasil penelitian M Nasir Rofiq dari Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian, TAB, BPPT, menyebutkan bahwa bakteri Salmonella sp penyebab salmonellosis tidak dapat hidup pada pH yang rendah. Salmonellosis pada unggas merupakan penyakit bakteri yang bersifat infeksius dan septikemik, yang disebabkan baktei gram negatif Salmonella sp. Waktu inkubasi penyakit ini sekitar 3-6 hari, dengan angka kematian 20-80 persen tanpa terlihat gejalanya.
Ternyata teh kombucha dapat menghambat Salmonella sp. Teh ini mengandung mikroba Acetobacter xylinum dan Sacharomyces, yang menyebabkan pH rendah, dan membuat Salmonella sp tak berkutik pada derajat keasaman seperti itu.
Kondisi asam pada suspensi kombucha dan beberapa produk metabolit seperti asam glukoronat, asam setat, glikoprotein, serta beberapa vitamin dan asam organik lain dapat menghambat bakteri Salmonella sp pada unggas.
Kiat Sukses Berbagai khasiat untuk membuat banyak orang tertarik menjadi pembudidaya. Sayangnya, tak semua orang sukses membudidayakan kombucha. Beberapa sebab kegagalan yang sering terjadi di lapangan antara lain, pertama, kulturnya sempat terkena sinar matahari, atau toplesnya terkena matahari secara langsung.
Kedua, peralatan yang tidak bersih juga bisa menggagalkan usaha budi daya. Ketiga, mengutak-atik toples selama proses fermentasi berlangsung. Keempat, ada asap rokok di ruangan fermentasi, atau ruangan tersebut dekat dengan dapur yang banyak mengeluarkan asap.
Kelima, memakai panci aluminium sewaktu memasak air. Keenam, lupa memasukkan air teh kombucha yang sudah jadi. Ketujuh, membiarkan air teh manis yang dibuat terlalu lama sebelum memasukkannya ke toples. Artinya, air teh terlanjur basi. Idealnya 3-4 jam, ketika suhu air teh manis masih 30-40 derajat Celcius. Untuk meningkatkan keberhasilan, sebaiknya gunakan permukaan wadah/toples yang lebar. Ini akan mempercepat proses pembuatan kombucha yang enak, karena proses fermentasi memang memerlukan oksigen.
Sebaiknya 4-5 jam sebelum mengeluarkan isi toples, siapkan teh yang baru. Kita akan mendapat dua keping kultur kombucha, yaitu kultur awal dan kultur baru yang terbentuk selama proses fermentasi. Kultur baru bisa dipotong dengan pisau/gunting stainless steel menjadi 2-3 bagian, tergantung jumlah toples yang dimiliki.